Mahasiswa-Mahasiswa Yang Mengubah Dunia

Mahasiswa-Mahasiswa Yang Mengubah Dunia

Semakin Jauh Bertindak, Sadarlah!
Tuhan panggil pribadi yang bertumbuh dan tangguh menanggung risiko
Kontestasi Rasa Malu Versus Kehormatan

Nicolaus Zinzendorf - Wikipedia

Ludwig Von Zinzendorf (Tahun 1700an)
Tahun 1700-an  menghasilkan banyak  maha- siswa yang menjadi pengubah dunia dan Count Ludwig   von   Zinzendorf   adalah   tokoh   yang sangat  menonjol. Lahir di  Jerman pada tahun 1700, ia tumbuh besar dan kuliah di Universitas Wittenburg untuk  belajar hukum. Pada  usia 19 tahun, ia  melihat lukisan  Kristus yang sedang menderita di kayu salib dan sebuah  inskripsi terbaca, “Semuanya ini Kulakukan untukmu, apa yang akan kau lakukan bagi-Ku?” Sejak saat itu, ia tahu bahwa tak ada hal lain lagi yang ia ingin lakukan selain menyerahkan dirinya untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia. Ia memulai gerakan doa dua puluh empat jam yang terfokus untuk bersyafaat bagi dunia yang kemudian terus   berlanjut  tak  putus   selama 100 tahun! Sebagai   hasilnya, kelompok misinya,    the Moravians   (kaum  Moravia),   mengutus misionaris selama dua puluh tahun berikutnya, lebih banyak daripada semua  misionaris  yang  pernah  diutus  kelompok  Protestan  atau Anglikan dalam 20 tahun  sebelumnya! Ia memiliki  kerinduan untuk memobilisasi  dan mengutus pekerja ke  tempat-tempat yang paling jauh di bumi.

 

Carey, William - Banglapedia

William Carey (Tahun 1790an)
Warisan  dari  Zinzendorf     menciptakan dampak global yang begitu  cepat bagi  Juruselamat, yang tidak    berakhir    saat kematiannya.    Faktanya, seorang yang dianggap sebagai “Bapa Gerakan Misi Modern”     sangat  dipengaruhi     oleh teladan Zinzendorf. William Carey adalah seorang otodidak, seorang    pemuda   usia    mahasiswa   ketika    ia menangkap  visi  bagi  dunia.  Ia  berdiri di meja tempatnya membuat   sepatu  saat   bekerja,  dan berdoa di peta dunia yang dibuatnya sendiri dengan dilapisi lempengan tembaga  kasar dan digantungkan di dinding.  Ketika  berulang  kali berusaha meyakinkan sekelompok pendeta untuk melakukan amanat Agung secara serius, mereka menegurnya dengan mengatakan, “Anak muda, duduklah. Jika Allah memilih untuk memenangkan orang kafir, Dia akan melakukannya tanpa bantuanmu atau bantuan kami!”

Sebagai respon, ia menulis sebuah buklet kecil yang menganalisis kebutuhan   penginjilan dunia, dan ia   meyakinkan sedikit rekan pendetanya untuk membentuk badan misis kecil yang mengutusnya ke India pada 1793. Carey dan bukletnya menyalakan api upaya penginjilan yang  mendorong pembentukan banyak  badan misi hingga 25 tahun kemudian. Carey sendiri mengabdikan seluruh hidupnya di India bagi Injil, menanam jemaat, dan menerjemahkan Kitab Suci ke dalam 40 bahasa dan dialek yang berbeda.

 

Samuel Mills dan Kelompok “Haystack Five” (Tahun 1800an)
Sementara      keberanian      Carey menimbulkan   gejolak di   Inggris, buklet kecilnya  berhasil menyebe- rangi Atlantik dan sampai ke tangan lima mahasiswa di Williams College di  Massachusetts.  Di suatu sore yang   hujan   pada Agustus  1806, Samuel Mills, seorang mahasiswa semester pertama yang canggung dengan suara mencicit, beserta empat mahasiswa lainnya berkumpul untuk  berdoa.  Tiga dari antara mereka adalah  mahasiswa  baru (semeseter pertama) dan dua lainnya adalah mahasiswa tahun kedua. Mereka sementara membaca buklet Carey dan ingin mengambil waktu sejenak untuk bersyafaat bagi dunia. Ketika hujan reda dan mereka telah   selesai   berdoa,   sambil   menatap   teman-temannya Mills menyemangati,  “Kita bisa melakukan ini  jika kita  mau!”  Kelima mahasiswa  muda   ini  bukan  hanya  mulai   kegerakan  mahasiswa pertama secara nasional, tetapi  mereka  juga yang memulai  enam badan misi pertama di Amerika Utara. Meskipun saat itu baru ada 25 universitas  di  Amerika (rata-rata setiap  universitas memiliki 100 mahasiswa),    lima sekawan The   Haystack    Five”    menolong meluncurkan  kelompok  studi  dan doa misi sedunia yang  disebut Society of the Brethren” sesuai jumlah mereka. Kelima mahasiswa ini menyediakan bahan  bakarnya,  dan Allah memastikan nyala apinya bersinar semakin terang.

 

Luther Wishard — The Traveling Team

Luther Wishard (Tahun 1870an)
Di Amerika pada  kahir abad ke-19,  ada seorang   yang   baru   saja   lulus   kuliah bernama Luther  Wishard  yang diangkat menjadi perwakilan sebuah badan misi di Inggris   dan melakukan perjalanan ke kampus-kampus  Amerika   Serikat   bagi kelompok-kelompok pertumbuhan Kristen ini. Pada 1878,  setelah mendengar  kisah tentang   “Haystack Prayer Meeting”   di Williams College yang terjadi 70 tahun silam, pemuda yang sepertinya kurang revolusioner  ini menyadari bahwa misi  dunia  adalah bagian yang hilang dari hidup dan beritanya, jadi ia melakukan perjalanan ke Williams College  untuk berbisnis dengan  Allah. Berlutut di salju di samping monumen kampus yang dibangun untuk mengenang Samuel Mills dan “Haystack  Five,”  ia mencurahkan isi hatinya  di  hadapan Tuhan, berdoa,  “Aku bersedia ke mana pun  dan kapan pun untuk melakukan apa pun bagi Yesus. Dari mana air itu pernah mengalir, kiranya mengalir kembali.”

Pada hari itu ia menyerahkan diri tanpa syarat untuk melanjutkan warisan yang  diberikan oleh kelompok  Mills. Tujuan yang baru ia temukan  menyatakan:   “Kiranya   para  mahasiswa   di   tahun-tahun terakhir abad ini menyerap apa yang telah diupayakan oleh para rekan mahasiswa di awal abad ini…. Apa yang telah mereka mulai menjadi tugas kita untuk melengkapinya. Mereka  memiliki kemauan, tetapi kemauan kita sekarang harus  dibawa ke  dalam rencana  untuk menyerap tujuan mereka yang penuh keberanian.” Ia rindu untuk pergi ke  luar  negeri, tetapi  bersedia  tinggal  demi  mobilisasi  generasi mahasiswa untuk menjangkau dunia bagi Kristus.

 

C.T. Studd | Bio-KristiC.T. Studd dan Kelompok “ Cambridge Seven” (Awal Tahun 1880an)
Di  awal  1880-an,  Allah memakai  sekelompok mahasiswa  muda di Inggris  yang  disebut  The Cambridge” untuk      menggerakkan      upaya mobilisasi  paling efektif di  sepanjang  sejarah: Student Volunteer Movement (SVM).   Ketujuh bangsawan  muda ini – dua  diantaranya adalah atlet terkenal dan dua lainnya adalah opsir militer – membantu peluncuran badan misi China Inland Missions,  dari  organisasi  yang kurang dikenal menjadi apa yang  disebut sebuah surat kabar sebagai suatu “keterkenalan  yang hampir”, menginpirasi  ratusan rekrutmen bagi CIM dan badan misi lainnya.

 

History of a Movement — EKBALLO

Robert Wilder dan “Mount Hermon 100”
(Student Volunteer Movement)
Pada  1886,   hanya beberapa   bulan setelah 7 Alumni Cambridge berlayar ke  China, Luther Wishard  menghu- bungi   pria  yang   sama,   yang   telah membawa ketujuh alumni Cambridge kepada   Kristus dalam   salah satu kebaktiannya di Inggris – D.L. Moody. Wishard  mengundang Moody  datang pada  musim  panas  untuk  berbicara  selama  satu  bulan  di  Mount
Hermon Conference Center di Massachusetts kepada 251 mahasiswa dari 89 universitas di Amerika Serikat. Allah memakai Moody, Wishard, dan  seorang  mahasiswa   senior  Princeton,  Robert   Wilder,  untuk mengobarkan semangat  para  mahasiswa  itu.  Ada  100  mahasiswa menyerahkan   diri  mereka   untuk  pelayanan  misi   lintas budaya. Meskipun  konferensi 4 minggu itu  seyogyanya tentang pendalaman Alkitab, Wilder membawa satu deklarasi: “Kami rela dan berkerinduan, jika Allah berkenan, untuk menjadi misionaris di luar negeri.” Di akhir kamp, 100 mahasiswa telah menandatangani pernyataan itu. Mount Hermon 100” inilah yang  menjadi fondasi SVM (Student Volunteer Movement) yang dengannya merekrut 100.000 mahasiswa untuk menjangkau dunia selama leih dari 40 tahun berikutnya (20.000 mahasiswa benar-benar pergi ke luar negeri, dan 80.000 mahasiswa lainnya tetap tinggal untuk  mendukung  dan mendirikan  Laymen’s Missionary  Movement). Beberapa  dari 100  mahasiswa  itu  menjadi mobilisator keliling, sedangkan yang lain, menjadi  misionaris yang penuh   semangat.    Sepasukan    penghasut    ini    memilih    untuk menambahkan satu frasa dalam judul buklet yang telah ditulis oleh 7 Alumni Cambridge setahun sebelumnya. Terukir di dalam hati mereka adalah motto yang diperluas seperti berikut ini:  “Penginjilan dunia… dalam generasi ini!”

VISI-MISI PELAYANAN MAHASISWA

  1. Setiap mahasiswa  Kristen   menyadari  bahwa   keberadaannya sebagai mahasiswa bukanlah suatu kebetulan belaka, bukan pula sekedar   hasil   usaha    kemampuan   sendir    Tugas   sebagai mahasiswa adalah anugerah dari Allah semesta dan merupakan rencana-Nya sendiri bagi umat-Nya.
  2. Mahasiswa adalah  kelompok masyarakat yang  diharapkan akan punya sumbangan  dan peran berarti bagi kehidupan bangsa, dan tentunya gereja di masa depan.
  3. Siapapun orang Kristen, termasuk mahasiswa dan cendekiawan, adalah bagian  yang  tidak  terpisahkan  dari tubuh Kristus atau Gerej Mereka adalah murid Kristus yang memiliki kedudukan dan tanggung jawab  yang sama dengan sesama  orang Kristen yang lain.  Apa yang menjadi tanggung  jawab Gereja adalah  tanggung jawab mahasiswa juga.
  4. Pelayanan mahasiswa merupakan pelayanan yang amat srtategis dan harus dipergumulkan dengan sungguh-sungguh.

“Siapa yang bisa melayani dan memuridkan mahasiswa dengan benar dan maksimal? Yang punya pola pikir sama dengan mereka, bahasa komunikasi  yang  terhubung  dengan  mereka,  yang  dekat  dengan mereka dan hidup bersama mereka?” Mahasiswa itu sendirilah yang bisa melayani mereka. Mahasiswa Lahir Baru yang sudah dimuridkan untuk memuridkan. Bersyukurlah untuk anugerah pelayanan ini.

 

Bagikan Melalui :
0
0
error: Maaf Anda Tidak Di Izinkan !!